Teatrikal Puisi adalah ? (Pengertian dan Contoh)

Teatrikal Puisi adalah ? Teatrikal Adalah ? Apa Arti Teatrikal ? Pertanyaan-pertanyaan tersebut mungkin saja pernah terlintas di pikikiran anda. Teatrikal adalah berbuat, melakukan atau berperilaku untuk menarik perhatian orang banyak dan perilaku tersebut bukan sebenarnya alias rekayasa hanya dibuat-buat dengan tujuan untuk menghibur saja.

pertanyaan tersebut mungkin saja pernah terlintas di pikikiran anda Teatrikal Puisi adalah ? (Pengertian dan Contoh)

Pengertian Teatrikal Puisi

Teatrikal Adalah adegan sandiwara untuk menarik perhatian orang banyak dan biasanya dilakukan atau dipertontonkan di Panggung. Sedangkan Puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh makna. Jadi Teatrikal Puisi adalah adegan sandiwara yang di iringi dengan membaca naskah puisi dengan gerakan dan ekspresi layaknya bermain peran yang dilakukan di sebuah panggung drama yang ditonton oleh banyak orang. 

Contoh Naskah Teatrikal Puisi
"MANIAK BIANGLALA"
MANIAK BIANGLALA
Drei herba Ta'abudi

Backsound
Dan uang menjadi tuhan
Kemudian segalanya sibuk menjilati ketiak pemodal, menangkring layaknya lintah
Tiba-tiba logika menjadi khayalan sampah, dan manusia makin disibukan menggadaikan moralnya
Itu hidonisme?
Kau munafik, jangan sok idealis...
Negeri inikan bukan sebuah silabel yang dapat dikumpulkan menjadi satu-kesatuan
Kau harus tahu, mereka itu maniak bianglala

Alur cerita
Semacam dalang yang menggerakan wayang dengan tali-tali. Dalang (sang kapital) berdiri di atas kursi dan menggerakan wayang-wayangnya (konsumerisme) dengan tali, sedang wayang bergerak dengan pantomim (gaya robot) dengan berbagai style; laptop, bb, android atau alat elektronik lainnya.
Ketika sang dalang sibuk memainkan wayang. Kang karso datang untuk dakwah ala jancuk kepada si wayang, ironinya dakwahnya tak dihiraukan, karena dogma hidonis telah membabi buta pada semua kalangan. Terlebih ketika kemewahan sebagai kebutuhan hidup.
Dalang memperingatkan kang karso agar tak ikut campur, tapi kang karso tak menghiraukan sedikit pun, malah semakin menjadi-jadi. Alhasil disogoklah dia untuk tutup mulut, ia tak mau dan disiksalah dia.

Text dialog
Suara kendang dipukuli
Backsound dibacakan
  =>Dalang

Ha.. Ha.. Ha..
Jika uang telah digenggam, apa yang tak bisa?
dunia itu semacam permainan monopoli, yang cerdik lekas kaya.
Lekas beinvestasi menjual akhlak
Atau seperti permainan kartu remi, andai saja kau yang menggenggam dua joker sekaligus
Kau tahu derita semar, petruk, gareng, bagong. Atau bahkan dewa ruci sekalipun
Nyawa, batin, kekuatan, nasib, keberuntungan dan kegagalannya hanya Bergantung pada seorang dalang. Padahal dalang bukanlah tuhan
Aku dalangnya manusia, karena aku banyak uang. Padahal uang bukanlah tuhan.
tapi uang mirip tuhan dapat mengubah nasib.
Aku seperti tuhan, karena segalanya bergantung padaku. Takdir, kehormatan, pengakuan. Akulah penimbangnya, karena aku pimilik segalanya.
Suara robot, wayang berpantomim.
Masuk kang karso berpidato bisu

Musik berhenti
Dalang ; Sama saja. Kau layaknya orang bisu yang berpidato, sedang mereka adalah orang-orang tuli yang hendak mendengar, sampai kapanpun tak akan bisa. Sekarang apa sih yang tak buta dengan uang? Apa sih yang tidak dikomersialisasikan? Uang.. uang.. ha… ha… ini aku bayar harga dirimu
kang karso tak mau lalu disambut dengan lagu slank “seperti para koruptor.”

 =>Boneka Satu
Hidup ini sungguh indah semacam di surga
Apa yang tak bisa?
Tak ada yang mustahil, tapi bukan lagi kun fayakun.
Pendidikan bukan hal penting, google kan seperti guru besar yang tak bergelar
Aku mencintai hidupku, yang dikelilingi keindahan.
Wanita jalang, berBB, smatphone, ipod.
Aku keren; kemejaku bagus, celanaku pensil, motorku gede
Bukankah otak tak lagi penting?
Kitakan penjilat casing, bagus dikit langsung embat.
Hp yang dipakai boneka satu bunyi semua

 =>kang karso
Aaahhh...
Apa itu yang kau sebut kehidupan? Saat kau hanya berbayang kanopi yang merengut kenuranian
Apa bedanya dengan maniak kehidupan? Dengan dunia semacam bianglala yang disetir seorang dalang. Bentuknya nyata, namun seperti ghaib.
Kau merupa perwajahanmu berlindung dengan bait-bait skripsi. Lalu berharap keinstanan teknologi
Matamu jalang melihati hp2 yang tak bertombol, Bb2mu pun bersiul merayu. Lantas kau diperbudak
Kau tiba-tiba suka merunduk, seperti taat dan bermoral. Tapi bukan karena karakter dan beradab
Generasi merunduk yang melankolis. Kau bergantung pada jejaring social, teknologi, kemewahan
Lalu kau buta dan tuli, terhadap kehidupan. Kau melupakan apa hakikatnya tinggal di sini.
Kau tahu apa yang membuatmu seperti itu? tanganmu, hanya tanganmu. Lihat apa di tanganmu?

=> Robot dua
Bajingan, pengecut, munafik
Apa yang kau bilang?
Ini hanya sebuah kamunflase kemodern, apakah salah?
Orang-orang maju dan terdidik, berteknologi. Tak hanya berblangkon dan batik
Kau tiba-tiba datang khalayak seorang pahlawan. Pepatah yang tak berlidah
Lalu serta merta menyalahi kita. Ini hidupku, kesenanganku, kecintaanku.
Seperti demokrasi, bukan lagi kerajaan. Apakah akan kau larang juga?
Biarkan saja teknologi mengeramiku, jejaring social menggagahiku atau bb yang mewarnaiku
Ini hidupku, kesenanganku, kecintaanku. Sekalipun aku bermetamorfosis, ini membuatku nyaman
Ini bukan zaman serba berpikir lagi
Bukan zaman filosof. Ha.. ha..

 =>Dalang
Ha.. ha..
Sudahkah kau mengerti?
Pantas kau terasingkan. Hari ini uang adalah segalanya. Membeli kehormatan, membeli otak, membeli moral, kesenangan. Semua dapat dimiliki. Ha.. ha..
Dalang, robot dua tertawa.
Itu yang kau sebut keindahan, bahkan kau diekploitasi uang
Dalang; pecuti dia, pecuti
Robot dua memecuti kang karsa,
Kawula muda. Sudah kau sadar dengan apa yang kau genggam
Kawula muda. Sadarlah, kau diambang sebuah dunia yang tak berbatas. Hanya maya
Kawula muda (berteriak)…
Lagu mimpi yang terbeli. Posisi diam dan mematung.

=>Property
Satu buah meja, kayu kecil, tali raffia, 5 hp touch screen, topi, earphone, berjas, batik, pecut, koper uang.
 =>Actor

Dalang : Billy, Boneka Satu : Aida, Boneka Dua : Ubed, Kang Karsa : Herba

Source : /search?q=naskah-teatrikal-puisi-maniak-bianglala_22

Previous
Next Post »